·
Pengertian Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan
cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan
yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu
: cairan intraseluler dan cairan akstraseluler. Cairan
intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
·
Proses Transport
1.
Difusi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi difusi :
a. Suhu berbanding lurus
b.
Konsentrasi partikel berbanding lurus
c.
Ukuran molekul berbanding terbalik
d.
Berat
molekul dari partikel berbanding terbalik
e.
Area permukaan yang tersedia untuk difusi (luas permukaan membran) berbanding lurus
f. Jarak lintas dimana massa partikel harus berdifusi berbanding terbalik
2.
Osmosis
Gerakan
air melewati membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut
rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut tinggi
Kecepatan
osmosis dipengaruhi oleh:
§ Konsentrasi solut di dalam larutan.
§ Suhu larutan,
§ Muatan listrik solut,
§ Perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
3. Transport aktif
Difusi sederhana tidak akan terjadi jika tak ada
listrik atau gradien konsentrasi yang dibutuhkan. Energi diperlukan agar substansi dapat pindah dari area sederhana tidak akan
terjadi jika tak ada listrik atau gradien konsentrasi yang dibutuhkan.
Energi diperlukan agar substansi
dapat pindah dari area berkonsentrasi lebih rendah atau sama ke area dengan
konsentrasi sama atau lebih besar
4. Filtrasi
Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan
tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah.
Proses ini bersifat aktif di dalam bantalan
kapiler, tempat perbedaan tekanan hidrostastik atau gradien yang menentukan
perpindahan air, elektrolit dan substansi terlarut lain yang berada
diantara cairan kapiler dan cairan interstitial.
·
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter
penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan
darah arteri dengan menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume
cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak
volume plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan
tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan
output) air.Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus
ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
Ø eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan
lingkungan luar;
Ø Internal fluid
exchange, pertukaran cairan
antar pelbagai kompartmen seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di
kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi,
seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari
kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
a.
Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan
pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
b.
Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang
berperan mengontrol tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium
dan air.Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi
peningkatan volume plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus
ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali
normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat
terlarut) dalam suatu larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi
konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah
(konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi
(konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut
yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium
merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang
berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan
di dalam cairan intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium
dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab
dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
v Pengaturan
osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
a.
Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus
yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya
akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan
di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus
menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa
henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan
NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis
air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di
duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
a. Mekanisme haus dan peranan vasopresin
(antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di
hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang
mensintesis vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan
vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin,
yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan aquaporin
ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan
urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik
atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu,rangsangan
pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan
ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk
perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
b. Pengaturan Neuroendokrin dalam
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai
kesimpulan,pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di
hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam
sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan
cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi
volume natrium dan air.
Perubahan volume dan
osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan,diet,stres,dan
penyakit.
·
Faktor yang
Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain:
Umur
Kebutuhan intake
cairan bervariasi tergantung dari usia,karena usia akanberpengaruh pada luas
permukaan tubuh,metabolisme,dan berat badan.Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.Pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
Iklim
Orang yang tinggal di
daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapatkehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan
elktrolit.Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
Stress
Stress dapat
meningkatkan metabolisme sel,glukosa darah,dan pemecahan glykogen
otot.Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi airsehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
Kondisi Sakit
§ Kondisi sakit sangat
berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya
:
§ Trauma seperti luka
bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
§ Penyakit ginjal dan
kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh
§ Pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan
ü Tindakan Medis
Banyak tindakan medis
yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction,nasogastric tube dan
lain-lain.
ü Pengobatan
Pengobatan seperti
pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
ü Pembedahan
Pasien dengan
tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
·
Gangguan Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit Tubuh
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh
adalah :
a.
Volume
b.
Osmolalitas
C. Komposisi
Ketidakseimbangan
volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya
natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat pada
kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan
osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut
bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak
seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan
hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan
ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertaiperubahan yang
jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secaraosmotik
sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.
Ø Ketidakseimbangan
Volume
§ Kurangan Volume
Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF
atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh isotonik, yang
disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan
volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai
untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- Cairan Isotonis adalah cairan
yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl
0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan
hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan
tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose
5% dalam RL, Dextrose
5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan
yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
Kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan
Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl
0,33%
§ Kelebihan Volume ECF
Kelebihan cairan
ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan
proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang
berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement
cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan
interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
Ø Ketidakseimbangan
Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas
melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena natrium
merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar
natrium di dalam plasma.
Pahami juga perubahan
komposisional di bawah ini :
ü Hipokalemia adalah
keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L.
ü Hiperkalemia adalah
keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.
ü Hiperkalemia akut
adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk
menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
·
Proses Keperawatan
v
Pengkajian
Pengkajian
keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
a. Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Kaji manifestasi klinik melalui cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
a. Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Kaji manifestasi klinik melalui cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
-
Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekataannya kurang
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
Lakukan
pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur
tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat
kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat
jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah,
Elektrolit serum, Hematokrit, BUN,
Kreatinin Urine.
v Diagnosis
Keperawatan
Diagnosis
keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
o
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
ansietas, gangguan mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
o
Penurunan kardiak output berhubungan dengan
dysritmia kardio,ketidakseimbangan elektrolit
o
Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare,kehilangan cairan lambung,
diaphoresis, polyuria.
o
Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih
berhubungan dengan anuria,penurunan kardiak output, gangguan proses
keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
o
Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan
dengan kekurangan volume cairan
o
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
dehidrasi dan atau edema
o
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema
v Intervensi
Keperawatan
a)
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan
pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
b)
Atur intake cairan dan elektrolit
c)
Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai
kondisi pasien dan intruksi dokter dengan memperhatikan : jenis cairan,
jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
d)
Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti
:deuretik, kayexalate.
e)
Provide care seperti : perawatan kulit,safe
environment.
v Evaluasi/Kriteria
hasil
Kriteria
hasil meliputi :
§
Intake dan output dalam batas keseimbangan
§
Elektrolit serum dalam batas normal
§
Vital sign dalam batas normal.
·
Hormon hormon keseimbangan cairan dan elektrolit
1.
ADH
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH dan
Aldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas
darah dan keadaan ini akan direspon oleh
kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urinedengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode sementara
kekurangan volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare
atau perdarahan, jumlahADH di dalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorpsi air
oleh tubulus ginjal meningkat dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluaran urine akan berkurang
sebagai respon terhadap kerja Hormon ADH ini.
2. ALDOSTERON
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh korteksadrenal.Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjalmengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dandikembalikan ke
volume darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan
atau kehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi aldosteron
ke dalam darah.
3. GLUKOKORTIKOID
Hormon kelas tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air
dan elektrolit. Sekresihormon
glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama,
namunkelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan
natrium dan air yang kitakenal sebagai sindrom Cushing
•
Keseimbangan Asam dan Basa
Asam
didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+
dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat
melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Oleh
karena itu, reaksi asam basa adalah suatu reaksi pelepasan dan penerimaan
proton.
Keseimbangan asam basa adalah suat
keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksi setara dengan
konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan
keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah
dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang
sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah
keseimbangan ion hydrogen. Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion
hydrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen
dipertahankan pada kadar rendah 40 + 5 nM atau pH 7,4. Pengaturan keseimbangan
asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem
buffer
Menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat
temporer dan tidak melakukan eliminasi.
Fungsi utama system buffer adalah mencegah perubahan
pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada
cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, system
ini memiliki keterbatasan yaitu:
§
Tidak
dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena peningkatan
CO2.
§
System
ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali system pernafasan
bekerja normal
§
Kemampuan
menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya ion bikarbonat.
Ada
4 sistem bufer:
1. Bufer bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Bufer protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Bufer hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
4. Bufer fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan buferkimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar Pco2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolism tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn produksi dan ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju metabolism sedangkan proses ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru.
Kelainan ventilasi dan perfusi pada dasarnya akan mengakibatkan ketidakseimbanagn rasio ventilasi perfusi sehingga akan terjadi ketidakseimbangan, ini akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2 sehingga terjadi gangguan keseimbangan asam basa.
1. Bufer bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Bufer protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Bufer hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
4. Bufer fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan buferkimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar Pco2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolism tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn produksi dan ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju metabolism sedangkan proses ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru.
Kelainan ventilasi dan perfusi pada dasarnya akan mengakibatkan ketidakseimbanagn rasio ventilasi perfusi sehingga akan terjadi ketidakseimbangan, ini akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2 sehingga terjadi gangguan keseimbangan asam basa.
3. Sistem Ginjal
Untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam non
volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan
sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat
dan pembentukan ammonia. Ion hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di
basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas
kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah
tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar